[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua
[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua[SMANESA-HEBAT] Hebatku-Hebatmu-Hebat Kita Semua
30Aug2022

Juara 1 dalam Pawai Budaya Trenggalek tahun 2022

Pawai Budaya Trenggalek kembali eksis menjadi pertunjukan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat Trenggalek setelah terkendala pandemi selama sekitar dua tahun. SMA Negeri 1 Trenggalek selalu tidak pernah absen mengikuti pawai budaya ini.

Dalam Rangka Peringatan HUT Ke-77 Kemerdekaan RI Tahun 2022 dan Hari Jadi Ke-828 Kabupaten Trenggalek, SMA Negeri 1 Trenggalek turut Berpartisipasi dalam Pawai Budaya “Trenggalek Cultural Carnival” dengan Tema; “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat, dan Aku Tetap Berbudaya”. Dengan semangat juang Ki Ageng Menak Sopal, Trenggalek pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat dan siap meroket!

Barisan Pawai Budaya “Trenggalek Cultural Carnival” SMA Negeri 1 Trenggalek menyuguhkan Susunan Barisan sebagai berikut;

  1. Rasmacerta
  2. Wayang
  3. Modern
  4. Turonggo Yakso

Rasmacerta adalah Rajawali SMANESA Cerdas dan Tangguh, dalam pawai merupakan maskot Smanesa Hebat berupa rajawali yang berada di barisan terdepan sebagai penunjuk jalan.

Rasmacerta, Rajawali Smanesa yang Cerdas dan Tangguh

Barisan wayang orang dengan sendra tari live mengusung cerita Ramayana dimainkan dengan apik oleh tim tari Smanesa Hebat dalam pawai. Atraksi ini memukau para penonton sepanjang jalan. Para pemain sendra tari sangat menghayati peran dan menghibur para penonton dengan pertunjukannya.

Barisan berikutnya dengan tema Modern Carnival yang diusung oleh SMA Negeri 1 Trenggalek ini menyajikan akulturasi seni modern. Diantaranya yaitu Modern Dance dan Fashion Carnival atau yg biasa disebut dengan maskot. Disini disajikan beberapa maskot dengan beberapa makna yaitu:

  • Naga Baru Klinting

Baru Klinting sendiri merupakan seekor ular naga yang menjadi anak kecil yang penuh luka dan berbau amis sehingga tidak diterima masyarakat dan akhirnya ditolong oleh seorang janda tua, Mbok Randa. Rawa Pening terjadi pada tahun delapan saka atau delapan Jawa.

  • Garuda Nuswantara

Garuda Nuswantara menceritakan atau menggambarkan tentang Burung Garuda yang merupakan simbol persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kegagahan, keindahan, serta keberanian burung yang menjadi simbol Negara Kesatuan Republik Indonesia ini tampak jelas dari setai designnya.

  • Garuda Mukha

Garuda Mukha merupakan tunggangan Raja Airlangga jelmaan dewa Wisnu yang menjadi simbol kerajaan Kediri.

  • Lembu Suro

Lembu Suro adalah legenda manusia dengan kepala lembu yang dikhianati cintanya oleh seorang putri cantik Dewi Kilisuci. Dewi Kilisuci adalah putri Jenggolo Manik dengan kecantikan setara bidadari. Karena kecantikan dan budi pekertinya, ia dilamar oleh dua orang raja yang bukan berasal dari bangsa manusia.

  • Gandrung Banyuwangi

Gandrung yang merupakan khas Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setelah panen. Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali.

  • Wonderfull Lotus

Bunga lotus dianggap sebagai simbol kemurnian dan transendensi, serta pemurnian dan pembebasan spiritual. Transendensi sendiri artinya merupakan kesadaran ketuhanan atau kesadaran vertikal manusia, bukan secara agama saja tetapi secara makna apa saja yang melampaui akal kemanusiaan.

  • Putri kediri

Putri Kediri atau dewi sekartaji, merupakan simbol dari kekuasaan dan misteri dimasa lampau, yang jauh sebelum lahirnya raja-raja kerajaan di Nusantara.

  • Candi Bajang Ratu

“Bajang Ratu” dalam bahasa Jawa berarti “raja / bangsawan yang kecil / kerdil / cacat”. Dari arti nama tersebut, gapura ini dikaitkan penduduk setempat dengan Raja Jayanegara dan tulisan dalam Serat Pararaton. Disebut dengan gapura bajang ratu, dikarenakan candi ini memiliki bentuk berupa gapura besar.

  • Mahesa Suro

Mahesa Suro adalah makhluk bertubuh manusia tapi berkepala kerbau. Dewi Kilisuci dikisahkan enggan menerima lamaran keduanya. Ia kemudian membuat sayembara untuk membuat sumur di puncak Gunung Kelud. Air sumur tersebut masing- masing harus memiliki rasa manis dan asin

Barisan berikutnya adalah Turonggo Yakso. Jaranan Turonggo Yakso merupakan kesenian khasTrenggalek yang sering tampil di berbagai kesempatan. Konon tarian ini berasal dari Kecamatan Dongko. Jaranan Turonggo Yakso bercerita tentang raksasa yang mengganggu aktivitas masyarakat. Akhirnya raksasa itu bisa dikendalikan oleh kesatria. Dalam pertunjukan, Turonggo Yakso digambarkan dengan penari jaranan bertopeng buto atau raksasa. “Turonggo” artinya jaranan. Sedangkan “yakso” artinya buto atau raksasa. Barisan ini diakhiri dengan barisan bapak ibu guru yang sangat bersemangat menjadi bagian dari pawai budaya SMA negeri 1 Trenggalek

Demikian meriahnya pawai budaya Trenggalek yang dibawakan oleh SMA Negeri 1 Trenggalek.Terima kasih kepada semua tim SMANESA HEBAT, para siswa, bapak ibu guru dan seluruh warga sekolah yang telah kompak berkolaborasi mewujudkan suatu pertunjukan yang luar biasa indah dan megah sehingga mengantarkan SMA Negeri 1 Trenggalek menjadi juara 1 dalam pawai budaya Trenggalek tahun 2022.

Read 34x
Another

1 Comment

Leave a Comment

 

Pengumuman Terbaru

Publish : 21/09/2023
Airlangga Infographic Competition (AIC) 2023
Airlangga Infographic Competition (AIC) 2023 merupakan lomba karya infografik Pusat Komunikasi dan Informasi Publik (PKIP)..
Publish : 09/07/2019
PEMBAGIAN SESI DAN LAB TES PENJURUSAN 2019
***TEKAN TOMBOL ALT SIFT BERSAMAAN, DAN KLIK RELOAD BILA DAFTAR TIDAK TAMPIL*** Siswa wajib hadir..
Publish : 01/07/2019
Daftar Siswa Telah Mengisi Jurusan
Berikut daftar siswa yang telah mengisi form penjurusan. Bagi siswa yang belum melakukan pengisian ditandai..

Blog Guru

Apakah Anda Tergolong Guru Yang Dicintai Siswa?
By : Fathur Rohman
Dua Modal Menjadi Guru Profesional
By : Fathur Rohman
13 Ciri Guru Profesional
By : Fathur Rohman

Arsip

Admin Web

Person Fathurrohman